Membandingkan kebahasaan dua teks eksposisi

MEMBANDINGKAN KEBAHASAAN DUA TEKS EKSPOSISI




1. Istilah

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna, konsep proses, keadaan atau sifat khas dalam bidang tertentu. Dalam teks eksposisi istilah-istilah tersebut sering digunakan. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk memaparkan argumen dalam eksposisi.

Proses pembentukan istilah dilakukan melalui tiga cara sebagai berikut:
  • Pemadanan atau penerjemahan, misalnya busway menjadi jalur bus.
  • Penyerapan kosa kata asing, misalnya camera menjadi kamera.
  • Gabungan penerjemahan dan penyerapan, misalnya subdivision menjadi subbagian.



2. Adjektiva ( Kata Sifat )

Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang menerangkan nomina ( kata benda ) dan secara umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat.

Contoh:




3. Afiksasi

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan cara pemberian imbuhan baik berupa awalan ( prefiks ), sisipan ( infiks ), akhiran ( sufiks ), afiks gabung, maupun konfiks pada kata dasar.

a. Prefiks ( awalan ); adalah imbuhan yang diletakkan di depan kata. Contoh: ber-, me-N, se-, pe-, dan per-.

b. Infiks ( sisipan ); adalah imbuhan yang diletakkan di dalam kata dasar. Contoh: -el-, -er-, -em-, dan -in-.

c. Sufiks ( akhiran ); adalah imbuhan yang diletakkan di belakang bentuk dasar.

d. Simufiks; adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Fungsi simufiks adalah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lainnya. Contoh berikut terdapat pada bahasa Indonesia non standar, seperti kata kopi menjadi ngopi, soto menjadi nyoto, dll.

e. Konfiks; adalah imbuhan yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan dibelakang bentuk dasar. Konfiks berfungsi sebagai suatu morfent terbagi. Contoh: ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an.

contoh:





4. Verba dalam Teks Eksposisi

Verba biasa disebut kata kerja. Menurut bentuknya verba dapat dibagi menjadi dua yaitu verba dasar dan verba turunan.

  1. Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis ( afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi ). Verba dasar masih berupa kata dasar. Contoh verba dasar adalah mandi, pergi, makan, jatuh, dan turun.
  2. Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena telah mengalami proses morfologis ( baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi ). Contoh verba turunan adalah meminta, membaca, meminum, dan mengambil.
Ciri-ciri verba:
  • Dalam kalimat, verba berfungsi sebagai predikat atau predikat inti.
  • Verba mengandung makna dasar pembuatan ( aks ) proses atau perbuatan yang bukan sifat atau kualitas.
  • Verba khususnya bermakna keadaan, tidak diberi imbuhan ter- yang bermakna "paling".



5. Pronomina ( Kata Ganti )

Pronomina atau kata ganti yang menggantikan nomina atau frasa nomina.

a. Pronomina Persona
1) Pronomina persona yang menunjuk orang pertama
  • Bentuk tunggal ( saya, daku, ku-, dan -ku )
  • Bentuk jamak ( kami dan kita ).
2) Pronomina persona yang menunjuk pada orang kedua
  • Bentuk tunggal ( engkau, kamu, anda, dikau, dan -mu )
  • Bentuk jamak ( kawan, kamu sekalian, anda sekalian ).
3) Pronomina persona yang menunjuk pada orang ketiga
  • Bentuk tunggal ( dia, beliau, -nya ).
  • Bentuk jamak ( mereka dan -nya ).
b. Pronomina Petunjuk: untuk menunjukkan sesuatu. Dibagi menjadi 3 yaitu;
  • Pronomina petunjuk umum ( ini atau itu ).
  • Pronomina petunjuk tempat ( sini, situ, dan sana ).
  • Pronomina petunjuk ihwal: mengacu pada suatu kejadian ( begini, begitu, atau demikian ).
c. Pronomina Penanya: digunakan sebagai penanda pertanyaan.
  • Pronomina untuk menanyakan orang. Menggunakan kata tanya siapa. Contoh: "Siapa yang datang menjengukmu tadi, Sin?".
  • Pronomina umtuk menanyakan barang. Menggunakan kata tanya apa. Contoh: "Apa yang dimakan Sinta tadii pagi?".
  • Pronomina untuk menanyakan pilihan. Menggunakan kata tanya mana. Contoh: "Mana yang engkau pilih, Sin?".
  • Pronomina untuk menanyakan sebab. Menggunakan kata tanya mengapa. Contoh: "Mengapa terjadi banjir?".
  • Pronomiana untuk menanyakan waktu. Menggunakan kata tanya kapan, ( apa )bila, dan bilamana. Kata ( apa )bila dan bilaman jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kata tersebut digunakan dalam ragam sastra. Contoh: "Kapan/( apa )bila/bilamana Andi pulang?".
  • Pronomina untuk menanyakan tempat. Menggunakan kata tanya dimana, kemana, dan darimana. Contoh: "Dimana rumah Andi ?"; "Kemana Andi pergi?"; "Dari mana saja kamu, Ani?".
  • Pronomiana untuk menanyakan cara. Menggunakan kata tanya bagaimana. Contoh: "Bagaimana keadaan hutan di Pekan Baru sekarang?".
  • Pronomina untuk menanyakan jumlah. Menguunaka kata tanya berapa. Contoh: "Berapa jumlah korban letusan gunung merapi tahun 2010?".
  • Pronomina untuk menanyakan urutan atau tingkat.Menggunakan kata tanya ke berapa. Contoh: "Amina anak ke berapa dalam keluarganya?" ; "Ruangan pak Suwardi ditingkat keberapa?".



6. Konjungsi

Konjungsi adalah kata yang digunakan untuk menghubungkan satu unsur dengan unsur lain. Konjungsi disebut juga kata penghubung.

Konjungsi antarkalimat terdiri atas beberapa bagian yaitu:
  • Konjungsi antarkalimat "pertentangan". Contoh: akan tetapi, namun, biarpun demikian, sekalipun demikian, walaupun demikian, meskipun demikian, sungguhpun demikian.
  • Konjungsi antarkalimat "waktu". Contoh: kemudian, sesudah itu, setelah itu, sebelum itu, selanjutnya.
  • Konjungsi antarkalimat "penambahan". Contoh: tambahan pula, lagi pula, selain itu.
  • Konjungsi antarkalimat "pembalikan". Contoh: sebaliknya.
  • Konjungsi antarkalimat "keadaan". Contoh: sesungguhnya, sebenarnya.
  • Konjungsi antarkalimat "penguatan". Contoh: malahan, bahkan.
  • Konjungsi antarkalimat "keeksklusifan" dan "keinklusifan". Contoh: kecuali itu.
  • Konjungsi antarkalimat "konsekuensi". Contoh: dengan demikian.
  • konjungsi antar kalimat "akibat". Contoh: oleh karena itu, oleh sebab itu.
Kata hubung namun digunakan untuk mempertentang kalimat tersebut dengan kalimat sebelumnya. Kata hubung namun digunakan untuk menghubungkan dua kalimat yg berbeda.

Konjungsi yg termasuk konjungsi subordinatif. Konjungsi sub ordinatif adalah konjungsi yg menghubungkan dua klausa atau lebih yg tdk berkedudukan sama. Konjungsi sub ordinatif dapat dibagi sbb : 
a)  Konjungsi subordinatif "waktu". Contoh : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selang, selama, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.

b) Konjungsi subordinatif "syarat". Contoh : jika, kala, jikalau, asalkan, bila, manakala.

c) Konjungsi subordinatif "pengandaian". Contoh : andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.

d) Konjungsi subordinatif "tujuan". Contoh : agar, supaya, biar.

e) Konjungsi subordinatif "konsesif". Contoh : biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendatipun.

f) Konjungsi subordinatif "pembandingan". Contoh: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.

g) Konjungsi subordinatif "sebab". Contoh : sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.

h) Konjungsi subordinatif "hasil". Contoh : sehingga, sampao-sampai, makanya.

i) Konjungsi subordinatif "alat". Contoh : dengan, tanpa.

j) Konjungsi subordinatif "cara". Contoh : dengan, tanpa.

k) Konjungsi subordinatif "komplementasi". Contoh : bahwa.

l) Konjungsi subordinatif "atributif". Contoh : yang.

m) Konjungsi subordinatif "perbandingan". Contoh : sama...dengan, lebih...daripada.

Komentar

Postingan Populer